Sep 17, 2014

Kemping Dua Perawan di Pantai Perawan



Butuh waktu sebulan lebih untuk merencanakan perjalanan kali ini. Hmm...padahal tujuannya ga jauh-jauh amat, masih sekitaran Jakarta, pelesiran di salah satu pulau di kepulauan Seribu yang secara administratif masih dalam kawasan DKI Jakarta.

Perencanaannya sih memang sampai sebulan lebih, tapi persiapannya hanya beberapa hari saja koq. Standarlah. Kami hanya mencari waktu yang pas agar aku dan Kak Dewi bisa pergi berdua. Maklum, kami berdua pekerja yang hari liburnya tidak dapat kami atur seenaknya. Belum lagi dengan janji-janji yang harus ditepati (tsaaahh...gayanyaaa yang punya banyak janji *nunjuk pake mulut)


Kak Dewi
Perkenalkan namanya Dewi Andriani, biasa Aku memanggil dengan sebutan kak Dewi. Ia menjadi teman perjalananku kali ini. Sesosok perempuan yang belum lama kukenal, namun kami sudah cukup akrab loh. Secara kepribadian Aku belum banyak mengenalnya. Hmm.... yang Aku tau darinya setelah beberapa kali jalan bareng, kak Dewi itu orang yang suka makan (pisss...Kaaakk, sama koq aku juga :D). Oh iya, orang yang katanya ga seneng di foto ini ternyata bisa melebihi kenarsisanku ketika kami sudah berada di tempat-tempat yang bagus *weleh weleh...geleng-geleng kepala*

Opay


Kak Dewi yang katanya belum pernah main ke pulau Seribu, mengajakku pelesiran bersama. Awalnya ingin ke pulau Tidung tapi karena satu dan lain hal, kami merubah tujuan. Jangkar tak jadi dilempar, kemudi kembali diarahkan, titik koordinat pulau Pari yang kami tentukan. Berangkat...capt!

Aku dan kak Dewi, dua perawan yang sedang menghalau galau...hahahha... engga lah, kami hanya sedang ingin menikmati Jakarta dari tempat yang berbeda. Itu saja. Kami juga sempat mengajak tiga kurcaci, tapi sayangnya para kurcaci sedang sibuk mengupas kuwaci. Hehe.

Pagi-pagi sekali kami sudah berada di tengah kerumunan orang-orang yang juga ingin menyebrang ke pulau-pulau di kepulauan Seribu. Walau sampai saat ini kondisi pelabuhan Muara Angke jauh dari kata nyaman, namun kami tak punya banyak pilihan. Muara angke masih menjadi tempat favorit para traveler yang ingin melintasi gugusan pulau Seribu. Salah satu alasannya yaitu harga tiket penyebrangan yang relatif murah jika dibandingkan kalau menyebrang melalui Marina Ancol yang menggunakan speedboat. Menyebrang ke pulau Pari dari Muara Angke, cukup dengan mengeluarkan uang Rp.35.000,-/orang. Terjangkau bukan?

Sekitar dua jam perjalanan kami membelah lautan mengunakan kapal motor kayu tradisional yang mampu mengangkut puluhan, atau ratusan orang? Entahlah, aku tak menghitung berapa banyak orang yang mampu disebrangkan sekali jalan. Cuaca yang cukup bersahabat membuat kami memilih duduk manis di buritan kapal agar dapat memandangi "birunya lautan". Menyedihkan saat laut masih dijadikan tempat sampah terbesar bagi orang-orang yang tak memiliki kesadaran.

Kami sengaja tidak menyewa homestay, karena kami ingin kemping di pinggir pantai. Tanpa banyak pertimbangan setelah kapal bersandar di dermaga kami langsung menuju Pantai Perawan, dimana Pantai  Perawan menjadi salah satu objek wisata andalan yang ada di pulau Pari, selain Pantai Pasir Kresek dan Dermaga Bukit Matahari. Biaya masuk perorang ke Pantai Perawan hanya dikenakan sepuluh ribu rupiah saja sudah termasuk biaya mendirikan tenda.

camping ground sisi Timur

Ternyata setelah kami sampai di pantai Perawan, sudah banyak tenda yang berdiri di sisi timur dan barat pantai yang memang diizinkan sebagai camping ground. Syukurlah kami masih mendapatkan lahan untuk mendirikan tenda, walau agak jauh dari keramaian, tak jadi masalah, itu yang kami harapkan. Okeehh...mari kita mendirikan tendanya...!!!

Tenda sudah berdiri. Barang-barang bawaan yang seperti orang mau pindahan pun sudah diamankan. Sekarang giliran perut yang sudah mulai kelaparan yang harus segera diperhatikan. Eiittss... sebelum makan kami harus memasak dulu. Walau banyak warung makanan yang dagang tapi kami memilih untuk memasak sendiri. Karena memasak di alam terbuka merupakan kegiatan yang sangat menyenangkan, sayang kalau dilewatkan. Menu pertama untuk makan siang kali ini yaitu nasi putih, tumis kangkung, tempe goreng tepung, teri asin, sambel pecel, dan kerupuk. Weh weh weh...menu sebanyak itu sangat amat memanjakan cacing-cacing kami yang sedari tadi menari-nari. Makan siang yang luar biasa.

makan siang anak pantai :D

Dalam itinerary yang kami buat sendiri, setelah makan siang harusnya kami mulai menjelajah pulau. Tapi apa yang terjadi kawan? selesai makan siang kami berdua seperti orang pingsan, tidur siang yang kepanjangan. Kami baru benar-benar sadar dan terbangun sekitar jam 5 sore.  wak waaauuu.....numpang tidur siang ini mah namanya. Efek makan kangkung sepertinya. Hehe...

Senja....
Walau siang tadi kami tak sempat menyapa sang mentari, beruntunglah ketika mentari ingin bersembunyi kami ikut mengiringi. Senja di ufuk barat pantai pasir Perawan cukup memesona. Jingga yang begitu indah dari bulatan sempurna sang raja, perlahan mengapai singgasananya, berganti malam walau tanpa bintang.

Menjelang malam si perut sudah kembali keroncongan, maka kami mulai memasak kembali, menyiapkan menu kedua yaitu nasi putih, martabak mie dan sop baso brokoli. Dengan pencahayaan seadaanya dari lampu senter yang kami bawa, kami mulai mengolah bahan makanan yang sudah kami siapkan. Kak Dewi membuat martabak mie, sementara aku membuat sop baso brokoli. Di sela-sela aku lagi memasak sop, ternyata api dari kompor kami mati. setelah di cek ternyata gasnya habis. Melihat kepanikan kami berdua karena gasnya habis, tetangga tenda sebelah kami menawarkan kompornya untuk digunakan. Tetangga tenda kami juga berdua, yang satu impor dari jogja, yang satunya lagi ternyata tinggal di daerah Cideng, Jakarta Pusat. Walahh....tetanggaan lagi kita, aku juga tinggal di daerah Jakarta Pusat, di daerah Cempaka Putih tepatnya (info penting bingits ini, haha)
makan malam, sebelum tragedi jahe :P

Malam itu di Pantai Perawan sangat ramai, banyak orang-orang dari sebuah bank ternama juga sedang mengadakan acara. Suara dari speaker-speaker besar cukup membuat gaduh. Dan tetiba terdengar....
"siiiinggg....dwuaaarr"
"swuiiiinngg....jlegerrr"
"swuiiiinnngg.....tretetetet"

Letusan kembang api warna-warni mewarnai langi malam Pulau Pari. Aaahh...senangnya di saat langit tiada berbintang, ada kilatan cahaya yang berpendar walau hanya sebentar.

Masak-memasak sudah selesai, saatnya kami menyantap makan malam. Selagi kami sedang asyik menikmati makan malam di pinggir pantai dengan lampu temaram, kak Dewi mengeluarkan kembali makanan yang sudah dimasukkan ke dalam  mulutnya sambil bilang:
"Opaayyy....akuu kegigit jaheee....weks weks weks!"

"Huwahahahhahaha....."puas tertawaku melihat ekspresi kak Dewi yang ga sengaja kena jebakan betmen, jahe keprek di sop baso brokoli. Upss....maap kak, ga ada maksud ngerjain loh, dan aku ketawa lagi. Hahahhahah. Kami tertawa menertawai tragedi gigit jahe malam ini. Huwahahhahaha... (Ini namanya tertawa di atas penderitaan orang lain, hihihii)

Alhamdulillah...kekhawatiranku akan malam yang kepanasan dan mengharuskan kami tidur di luar tenda tidak kejadian. Setelah puas menikmati malam, kami langsung masuk ke dalam tenda. Kami berdua sangat amat nyaman dan tentram di dalam tenda, bercerita apa saja sampai lelah dan tak ada suara....zzzZZZzzz.....

Tidak banyak yang kami lakukan memang, walau cuma makan tidur doang, tapi liburan kali ini sangat menyenangkan.

Selamaatt pagiii...^^

Selamat pagiii.....
Syukurlah sesi tidur kedua kami tidak kebablasan seperti kemarin siang. Hehe. Kami sengaja bangun pagi-pagi untuk menanti mentari muncul kembali setelah semalaman bersembunyi, tapi sayang disayang, langit tertutup awan, semburat jingga tak kami temukan.

Rasanya cepat sekali waktu berlalu, hari berganti. Kami sudah harus mengakhiri liburan kali ini. Kembali ke peradaban seperti biasanya. Kami segera bergegas merapikan barang-barang bawaan setelah membuat sarapan seadanya, roti bakar dan kopi susu sambil menikmati waktu yang tersisa dengan bernarsis ria. Kami sengaja memilih penyebrangan kapal paling pagi, jam 11 siang, untuk kembali pulang agar tidak kesorean sampai di rumah.






Terimakasih Tuhan telah mengizinkan rencana yang telah kami buat dari jauh-jauh hari.
Terimakasih Kak Dewi, sudah menemani perjalananku kali ini.
Terimakasih mbanya dan masnya yang udah berbagi cerita dan pinjaman kompornya. Halaahh...aku ga tanya siapa nama mereka berdua :D
Terimakasih semuaaanyaaa.....Sampai bertemu di catatan perjalananku berikutnyaaa... Semoga ^^




-Opay-





  

No comments:

Post a Comment