Aug 20, 2013

Tentang Sebuah Akhir

Huuff...menarik nafas lebih dalam dan mengeluarkan secara perlahan setidaknya dapat sedikit melegakan. Ini hanya sebuah catatan yang tertinggal, catatan tentang sebuah akhir. Bukan sengaja untuk diabadikan agar bisa dikenang melainkan hanya sebagai catatan yang aku rasa dapat dijadikan pelajaran, terutama bagi diri ini sendiri.

Tentang sebuah akhir. Kita baru saja melewati bulan Ramadhan. Mengakhiri sebuah pertemuan dengan bulan yang penuh keberkahan. Ramadhan sudah selesai. Apa yang kau dapatkan selain harapan semoga dapat bertemu kembali di tahun depan? Hufft...kembali kehembuskan nafas agar dapat sedikit melegakan.


Sepertinya Ramadhan kali ini terlalu biasa aku jalani. Mulai dari ibadahnya yang gak jauh berbeda seperti hari-hari biasa, padahal, ada pelipatgandaan pahala di sana untuk setiap ibadah yang aku lakukan. Melewatkan kesempatan yang luar biasa dengan biasa-biasa saja sehingga banyak target yang tidak tercapai sampai Ramadhan selesai. Jangan tanya mengapa, karena pasti jawabannya dengan alasan yang itu-itu saja. Menyedihkan bukan?

Nampaknya kesedihan sedang "barbaik hati" menyapaku saat ini. Memaksaku menguras air mata sebagai penawarnya. Setelah Ramadhan meninggalkan kesedihan yang cukup medalam, kemudian ada seseorang yang baru saja mengisi hariku yang sepi, kini pun pergi tanpa tau apakah ia akan kembali. Kufikir kehadirannya akan memberikan cerita baru di kehidupanku setelah beberapa waktu lalu kami mencoba menjalani hari-hari penuh warna-warni. Ternyata semua hanya anganku, hanya ada difikiranku.

Sebuah pengakuan yang mengejutkan justru datang dari kawan baikku sendiri. Tempat aku mencurahkan segala isi hati, tentangnya. Aarrgghh..aku tak mampu berkata. Senyum pun tak bisa. Sebuah kenyataan yang harus aku hadapi. Mencoba berbijaksana dengan situasi yang ada namun hanya air mata yang mampu menjelaskan semua.

Entah siapa yang salah, atau karena memang takdir kami yang tak sama. Aku terpaksa harus menghentikan cerita yang sedang kutuliskan dalam lembar kehidupanku yang indah. Aku harus mulai terbiasa tanpa kehadirannya meskipun sekarang aku tau dia ada untuknya. Mungkin memang ini yang harus aku hadapi. Aku tidak bisa memaksakan hati walau itu hatiku sendiri. Ketika cinta dihempaskan oleh takdir yang berbeda, aku hanya dapat berdoa semoga tidak ada lagi luka sesudahnya.

Aku baik-baik saja dengan cara mencoba menerima semuanya dengan lapang dada. Memang bukan ini jalanku. Walau memang ada sebuah harapan yang kugantungkan di sana. Harapan manusia. Ketika harapan tak sesuai dengan kenyataan, Tuhan sedang memberikan sebuah pelajaran berharga tentang kehidupan arti kesabaran. Semoga akan ada cerita indah lainnya di depan sana yang akan kutuliskan kembali dalam harianku ini. Kisah yang lebih indah dan lebih bahagia.  Lega. ^^

*foto diperankan model di hutan mati, Papandayan, Garut







No comments:

Post a Comment