May 18, 2015

Bukan Sekedar Ujung Kulon

Taman Nasional Ujung Kulon
Ajang silaturahim kali ini dipersembahkan oleh *sensor*... Hahahhaa...
Belum apa-apa udah ada badan sensor ajah yang nyatronin....xixiixixixi


Bismillahirrohmanirrohim...

Nekad sama memang niat bedanya cuma sedikit. Woro-woronya sih rame banget. Ngajakin ke sini, ngajakin ke sana, tapi kalau udah di tanya kapan jadinya? cling...jurus menghilang..langsung deh sepi. Trus lupa deh, trus ga jadi deh..hehe...

Ya ga apa-apalah yaaa....karna masing-masing kita pasti punya alasan. Meskipun secara raga kami jarang ketemuan, namun secara daftar contact whats up, kami berkumpul selalu dalam satu grup yang kadang rame, dan kadang sepi :D

Ga ada asap kalau ga ada api. Ga akan jadi klo ga dijadiin...halah pepatahnya apalah apalah....

Banyak tempat yang rencananya ingin kami jadikan tujuan, tapi ternyata Ujung Kulon yang ga masuk dalam daftar tujuan saya yang justru jadi pilihan. Siapa aja orang-orang yang niat dan nekad mewujudkan acara kali ini.... Mereka adalaah Eky, Enis, Danang, dan aku sendiri.

Persiapannya semua sudah diurus Eky dan Danang, sementara aku dan mba Enis tinggal duduk manis sambil meringis. Menunggu kepastian kapan jalannya? Rencana awal kami akan berangkat hari kamis jam 10 malam menggunakan mobil sewaan, tapi kenyataannya kami baru meninggalkan Jakarta keesokan harinya jam setengah sembilan pagi menggunakan ambulan. Eitss...jangan kaget dulu ya karena kami menggunakan ambulan. Ambulan di sini kami gunakan karena keadaan darurat bukan mengangkut pasien yang sedang gawat. Hehe.. Dan jangan ditanya kenapa bisa begitu ya? karena aku skip ceritanya, hanya untuk kami berempat, eh, berlima ternyata. Ada additional player yang ikut gabung di perjalanan kali ini. Imbron, temannya Eky.

mau kemana kitaaa....?
Kirain ga akan jadi, karena cerita 10 jam yang aku skip tadi, tapi Alhamdulillah, aku punya cerita yang akan aku bagi di sini. Dan itu artinyaaa...acara silaturahimnya sukses walau serba dadakan. Yuk yuk...disimak yah ceritanya....

Perjalanan yang panjaaaangg dan lamaaaa mengharuskan kami berhenti beberapa kali sebelum sampai di tempat tujuan. Pertama untuk membeli keperluan selama perjalanan, lalu para laki-lakinya harus menunaikan sholat jumat terlebih dahulu, kemudian urusan perut yang sudah tidak bisa diajak kompromi lagi dan harus segera diisi.

Jam setengah delapan malam akhirnya kami sampai di rumah kang Dede di desa Taman Jaya. Beliau yang akan menjadi guide kami. Kang Dede tidak kalah cemas seperti aku dan Mba Enis, menunggu kedatangan tamu dari Jakarta. Punten yaa kang...inih gara-gara Danang :P
Oh iya...sebelumnya Eky dan Imbron sudah pernah menyambangi rumah Kang Dede untuk suatu urusan, jadi mereka sudah saling mengenal.

Kami disediakan tempat menginap di rumah kakanya Kang Dede, letaknya persis besebrangan dengan rumah Kang Dede. Setelah makan malam dan bersih-bersih, kami diantar ke sebuah dermaga untuk menikmati malam sambil bersenda gurau. Ditemani segelas kopi yang kami buat sendiri dan sedikit cemilan, kami mulai saling berkenalan satu sama lain.

@ dermaga Taman Jaya
Ada sosok yang membuat kami selalu tertawa dibuatnya. Capcus. Bukan nama sebenarnya. Pemuda asal Merak yang terdampar di Ujung Kulon ini menjadi salah satu koleksi antik yang ada di pulau ini. Hahahha pissss..bro!. Nama unik tersebut disematkan oleh tamu bule yang sedang diantarnya menyebrang pulau. Nama capsus didapat dari hasil dua kali capcus 'cuuusss' dari kapal ke laut. Jatuh dari kapal maksudnya. Nyebur...hahhaa...ada-ada ajah :D
Nama sebenarnya adalah Mr. X ( hahaha...aku lupaaaaaaaaaa nama aslinya siapa....ada yang bisa bantu mengingatkan?)
ini dia penampakan Capcus :P (tampak samping)
Sebelum malam semakin larut kami mulai menyusun rencana untuk besok. Karena kami hanya berlima, sementara untuk kapal penyebrangan biasanya diisi sekitar 20 orang, maka kami menyewa khusus kapal motor untuk kapasitas kecil.

Kami hanya punya waktu satu hari saja untuk mengunjungi taman nasional yang luasnya sekitar 122.956 Ha, dimana 44.337 Ha di antaranya adalah laut. Manaaa mungkiiinnnn??? Yaaa..begitulah keadaannya, sehingga kami harus pintar-pintar menyusun rencana.

di atas perahu menuju pulau Peucang
Pagi-pagi sekali kami sudah bersiap mengarungi lautan untuk menyebrang ke pulau Peucang. Di pulau Peucang kami harus lapor terlebih dahulu kepada petugas taman nasional dengan membayar Rp.10.000,- per orang  dan biaya tambat kapal Rp.100.000,- sebelum menyebrang ke pulau-pulau lainnya.

kantor taman nasional @ pulau Peucang
Di pulau peucang banyak monyet-monyet berkeliaran mencari makan. Ada juga babi hutan yang dengan santainya berjalan menuju kerumunan orang yang sedang foto-foto. Mau ikut difoto juga ya, bi? Hehe.... Seharusnya ada rusa juga yang berkeliaran mencari makan tapi sayang saat itu kondisi pulau Peucang cukup ramai, jadi sepertinya si rusa 'malu' untuk berlenggang.

@pulau Peucang
Kami tidak lama singgah di pulau Peucang, karena kami akan melanjutkan perjalanan menyebrang ke Cidaon. Naik perahu lagi kitaa....sekitar 15 menit saja!

Setelah kapal ditambatkan, kami treking sebentar ke padang penggembalaan dengan harapan kami bisa melihat secara langsung wildlife hewan-hewan seperti banteng, rusa, babi hutan, daaannn yang sangaaaaattt iiiingggiinnn aku lihaaattt adalah burung merak. Hhmmm...tapi sayang saat kami sampai, jangankan bacusa yang menjadi icon tanam nasional Ujung Kulon yang dapat kami temukan, kami hanya disuguhkan padang rumput yang luaaaaas. Mereka dimanaaa yaaa?? Sedang apaaaa?? :(

menara pandang @Cidaon
Kondisinya kayu di lantai 2 sudah mulai lapuk

Sebelum kami meninggalkan Cidaon, kami bermain di sungai yang airnya tawar dan dingiiinn sekali. Mungkin di sini tempat hewan-hewan minum atau bahkan  mandi. Tapi berhubung hewan-hewannya lagi ga ada, jadilah kami yang menguasai sungai ini. Hehe

Rasa-rasanya sayang kalau tidak disempatkan untuk sekedar berendam sebentar. Imbron sudah lebih dulu berenang. Sementara Aku dan yang lainnya hanya menyebrangi saja. Daann tiba-tiba "byuuurr", aku pun ikut nyemplung. Imbron dengan sengaja mendorong aku ke sungai. Ciaaatt...ciaaaatt...imbrrrrrrrrooooooonnn!!!!

treking menuju mercusuar Tanjung Layar
Mari kita tinggalkan Cidaon dengan segala kekosongannya itu. Kami melanjutkan perjalanan ke Cibom dengan menggunakan perahu lagi menuju ke pulau tak berpenghuni yang letaknya paling ujung kalau lihat di peta pulau Jawa. Di Cibom kami akan treking ke mercusuar Tanjung Layar. Tapi berhubung hari makin siang, dan suara-suara perut kami sudah mulai keroncongan, jadi sebelum treking kami membuka perbekalan makan siang yang sudah disiapkan kang Dede. Dan aku juga harus ganti kostum dulu sehabis basah-basahan di pulau Cidaon tadi, biar ga masuk angin.


foto bareng pak Kosasih di depan mercusuar baru
Sekitar satu jam treking menuju mercusuar. Sepanjang jalur kami disuguhkan pemandangan hutan hujan tropis yang rapat dan suara deburan ombak. Ajiibb bener deh.
Di tengah jalur kami menemukan pohon kiara dengan akar yang menjuntai dan membentuk lubang, seakan-akan menjadi pintu masuk bagi kami. "Selamat datang"
pohon kiara berlubang
Terdapat dua buah mercusuar, namun salah satunya sudah tidak digunakan karena kondisi bangunannya yang sudah hampir hancur. Mercusuar yang baru dijaga oleh seorang bapak. Bapak Kosasih namanya. Beliau mendedikasikan hidupnya tinggal di mercusuar sejak tahun 1997, hingga akhirnya "terpendam" di Ujung Kulon sampai sekarang, begitu menurut pengakuan beliau. Sempat ada rekan kerja yang menemani beliau, tapi saat mendapat kesempatan pulang, ia tidak kembali lagi menemani pak Kosasih. Sabar ya pak :)

Ingin melihat pemandangan yang lebih ajib lagi? naiklah ke atas mercusuar!

naik mercusuar

Berdasarkan surat edaran yang tertempel, menara mercusuar tidak boleh dinaiki oleh sembarang orang, melainkan harus mendapat izin tertulis terlebih dahulu dari pihak yang berwenang. Tapi ketika itu kami beruntung, walau tanpa surat izin tertulis kami dizinkan pak Kosasih untuk bisa menaiki anak tangga mercusuar sampai ke lantai dua. Yang terpenting adalah jaga keselamatan!

Tidak mau membuang-buang kesempatan, maka aku bertekad untuk ikut naik ke mercusuar.
Memangnya aku berani berada di ketinggian? jawabnya TIDAK :P
Tapi dari pada aku penasaran, maka dengan mengumpulkan segala keberanian, aku pun naik.
Lagi-lagi Imbron sudah langsung memulai, dilanjutkan dengan aku kemudian Eky. Sementara yang lain, menunggu di bawah saja.

Sesampainya di lantai dua mercusuar, lututku gemetar, jantung pun berdebar kencang. Aku tidak bisa menikmati keindahan ujung kulon dari atas karena ketakutanku yang merayap dari ujung kaki ke ujung kepala. Hiks....

Dari atas kita dapat melihat samudra hindia yang terbentang serta gugusan pulau di kawasan tanam nasional. Kita pun dapat melihat mercusuar yang sudah tidak lagi digunakan. Hhmm....tidak bisa berlama-lama akhirnya aku turun dengan perasaan yang masih deg-degan :P

Setelah itu kami melanjutkan treking kembali. Di sisi jalur kami melihat bangunan bekas penjara pada zaman Belanda berkuasa. Bangunan tua yang terdiri dari tiga kamar dengan sebuah lorong masih berdiri kokoh meskipun termakan usia. Setelah melewati bangunan bekas penjara Belanda, terbentanglah padang pengembalaan Tanjung Layar yang berupa hambaran rumput bak permadani hijau dan tebing batu krast yang menjulang. Masya Allah...indahnyaa...

Naiklah ke atas tebing, ada pemandangan yang lebih indah lagi yang akan kita dapatkan! Tapi harus tetap hati-hati yaaaa....^^


objeknya ga keliatan

Tanjung layar menjadi tempat terakhir yang bisa kami kunjungi saat ini, mengingat waktu yang kami punya tidak banyak. Kami harus segera kembali ke Taman Jaya untuk segera pulang ke Jakarta. Saat perjalanan pulang kami lagi-lagi disuguhkan pemandangan yang luar biasa indahnya. Karang Copong. Karang yang berbentuk bolong di tengah karena gerusan air laut. Aahhh... .kalau saja masih bisa berlama-lama di sana.

Lelah sudah terasa sehingga sepanjang perjalanan pulang yang ada kami langsung mengambil posisi ternyaman untuk memejamkan mata barang sebentar. Ditemani senja yang mulai beranjak ke peraduannya kami meninggalkan segala keindahan Ujung Kulon.

Sesampai di dermaga Taman Jaya, malam telah menyapa. Kami harus segera bergegas kembali ke Jakarta. Ada yang sudah ditunggu istri tercinta. Sebut saja Eky namanya, hehhee :P

Setelah bersih-bersih, kami berpamitan kepada si empunya rumah. Mohon maaf ya bu, kami sudah merepotkan. Terimakasih untuk tempat tinggal yang nyaman.

Dan terakhir kami memberikan sedikit buku bacaan kepada kang Dede untuk melengkapi koleksi buku di taman bacaan yang sudah ada. Semoga bermanfaat ya, Kang.

Suatu hari nanti, semoga aku bisa kembali lagi.
Satu hari sangat amat tidak cukup untuk mengunjungi tempat-tempat indah di ujung pulau Jawa ini. 
Terimakasih Ujung Kulon. 
Semoga kau tetap terjaga ^^


Salam persahabatan,
-Memperkuat Jalinan Silaturahim dan Menebar Manfaat-


-Faidah-
Ujung Kulon, 1-2 Mei 2015




No comments:

Post a Comment