Aug 2, 2015

Ngebioskop di TIM Hingga Nges Krim Italia di Ragusa

mau tau keseruan klo dewi-opay udah jalan berdua? kemana? *kepooo deehh...hehe
yuk ah disimak ceritanya, akan aku ceritakan semuanya *brb ambil pisang goreng sama teh anget*

Hari minggu pagi, jam 10 teng, kami udah buat janji bertemu di halte transjakarta Salemba UI. Tujuan kami ke Taman Ismail Marzuki (TIM). Kami berencana menonton film yang lagi ngehits banget yaitu "Surga Yang Tak Dirindukan". Film yang diangkat dari sebuah novel hasil karya Asma Nadia yang berjudul sama. Namun sebelumnya kami mau melihat bintang dulu. Emang bintang kelihatan kalau siang? Jawabnya kelihatan, kalau kita menyaksikannya pada sebuah pertunjukan di planetarium & observatorium TIM.

PENGUMUMAN

Sudah lamaaa sekali aku ingin nonton bintang lagi di planetarium. Terakhir kalau tidak salah ingat, sewaktu aku masih duduk di bangku sekolah dasar. Lama sekali bukan? Beberapa kali datang ke planetarium selalu saja gagal karena selalu kehabisan tiket. Dan hari ini pun aku gagal lagi. Bukan karena kehabisan tiket, melainkan karena alat pertunjukkan planetarium sedang dalam perbaikan yang selesainya entah sampai kapan. Tidak diberitahukan. Pengumuman "TUTUP" tertempel di dinding planetarium yang terkunci rapat.

tari bali
Padahal kalau saja kami bisa menyaksikan pertunjukan bintang, maka kami tidak perlu menunggu pintu bioskop buka. Karena biasanya bioskop baru buka sekitar jam 11an. Dan kami berencana menonton film yang jadwal tayangnya jam 13.15. Cukup lama kan waktu jedanya. Tapii bukan kami berdua yang ga bisa memanfaatkan waktu yang ada. Sambil nunggu bioskop buka, kami keliling TIM sambil cuci mata menyaksikan sekelompok anak-anak dari sanggar tari sedang menampilkan bakatnya. Daann edisi curhat dimulai sampai waktunya menonton dimulai...hahahahhaaha....


Film yang cukup menyedihkan alur ceritanya kata orang-orang yang sudah nonton terbukti. Hehehe...Ssstt...jangan bilang-bilang yaaa.... aku sempat beberapa kali mengambil tissue untuk menyapu mataku yang mulai basah :P

Aaahhh....bagaimana rasanya jika menjadi seorang Arini atau Meirose. Ketika keikhlasan diuji dengan cara harus berbagi hati. Bukan sepenuhnya kesalahan Prasetyo sebagai suami. Ia melakukan karena ada unsur "keterpaksaan". Demi menyelamatkan nyawa seseorang yang sudah tidak punya harapan!
Hidup adalah pilihan. Semua harus memilih kemudian dijalani dengan segala konsekuensi. Tanggung jawab!

Hufftt....aku ga sempat melihat mata kak Dewi. Basah juga kah? Hahahhaha....



Kita tinggalkan kisah Arini, Prasetyo, dan Meirose dengan jalan hidupnya masing-masing. Sekarang waktunya kami melanjutkan ke tempat tujuan selanjutnya. Es Krim Italia, Ragusa. Toko es krim yang didirikan oleh dua orang berkebangsaan Italia yang bernama Luigie Ragusa dan Vincenzo Ragusa sejak tahun 1930-an. Terletak di Jalan Veteran 1 No. 10 Jakarta Pusat. Sebelah barat Masjid Istiqlal. Kalau mau naik angkutan tranjakarta, bisa turun di halte Juanda. Dari sana bisa jalan kaki ke toko Ragusa.

sejak 1932

Kami harus rela mengantre dan makan di emperan toko karena banyaknya pengunjung tidak sebanding dengan tempat duduk yang disediakan. Mungkin karena ramai pengunjung, maka pelayanan es krim kurang maksimal. Penyajian hanya menggunakan sterofoam meskipun makan di tempat, tidak dibawa pulang. Walaupun banyak yang bilang rasa es krimnya tidak berubah, tetap mempertahankan kualitas, tapi menurutku kalau penyajiannya apa adanya jadi kurang gimanaaa gitu. Bukan jenis es krim yang bikin nagih menurut kak Dewi, aku pun setuju!


spaggety ice cream
banana split




Terimakasih Kak Dewi untuk hari ini. Hmm...aku belum bayar tiket nontonnya ya? huehuehueue...
Bayarnya nanti yaa klo kita nobar lagi, aku yang beliin tiketnya!!! ^^

-Opay-
02.08.2015

2 comments:

  1. jadi kapan ke Ragusa bareng aku??? udah lama juga kita gak ke Ragusa

    ReplyDelete
    Replies
    1. sekarang yuk mba dee...hahahha....udah lama niy kita tak besua

      Delete