Oct 4, 2013

Peduli Sesama Berbagi Cinta


Sekitar pukul sembilan pagi, Saya dan teman-teman dari komunitas Jejak Petualang, Jepecom, tiba di sebuah yayasan rehabilitasi gangguan jiwa, Yayasan Galuh, yang terletak di Kampung Sepatan Gg. Bambu Kuning IX Rt.03/02 Kelurahan Sepanjang Jaya, Kecamatan Rawa Lumbu, Bekasi.  Kata Galuh berasal dari singkatan "Gagasan Leluhur", sebuah yayasan yang dirintis sejak tahun 1982 oleh Alm. Gendu Mulatif. Saat ini yayasan galuh menampung hampir 300 pasien yang terdiri dari laki-laki dan perempuan.


Setibanya kami di lokasi, terus terang, saya tidak dapat membedakan yang mana pasien, yang mana pengurus. Kecuali ada beberapa pengurus yang mengenakan seragam ungu, selebihnya, maaf, tidak bisa. Semua berbaur di lahan seluas kurang lebih 3000m2. Saya tidak langsung turun dari mobil melainkan memerhatikan keadaan sekitar dari balik kaca jendela. Mempersiapkan fisik dan mental setelah sebelumnya mendengar cerita-cerita dari tim survey lokasi mengenai gambaran kondisi yayasan. Bukan apa-apa, Saya takut malah Saya yang tidak bisa menjaga diri dan bertindak justru membuat mereka tersinggung. Ini adalah kali pertama Saya berkunjung ke yayasan rehabilitasi orang-orang penderita gangguan jiwa.

Sempat menunggu sebentar sebelum kami mulai beraksi, karena saat itu, entah dari komunitas apa yang sedang memberikan bantuan juga. Memang Yayasan Galuh ini tidak menutup bagi siapa saja yang ingin menyumbang. Meskipun sudah mendapat "jatah" dari dinas sosial untuk biaya operasional, namun dirasa masih kurang, mengurus sekian banyak pasien yang notabene betul-betul hanya menerima tanpa bisa melakukan atau memberikan apa-apa.

Bangunan yang terbuka membuat mata Saya bisa melihat apa saja yang ada disekitarnya. Tubuh tanpa balutan pakaian, kaki-kaki yang diikatkan pada tiang, dan wajah yang menerawang. Beban hidup yang tak dapat ditanggung  rupanya menjadi salah satu alasan mereka berada di sini. Menyedihkan sekali rasanya, tapi mau bilang apa, inilah kenyataannya!

Hei...ada seorang bayi mungil yang tinggal di sini. Seorang bayi gila? bukan... bayi berumur tiga bulan bernama Karmila tidak gila, hanya saja ia terlahir dari seorang ibu yang dinyatakan gila. Maaf, rasanya mulut Saya masih tidak terbiasa menyebut orang-orang di yayasan Galuh ini, gila, tapi begitulah sebutan umumnya. Karmila bayi yang sehat, cantik, dan semoga saja kelak ia menjadi wanita yang hebat.

"Itu ibunya mba, abis ngelahirin udah aja, bayinya kita yang urus. Rambutnya sengaja kita botakin, abisnya suka dicabutin sendiri", jelas seorang ibu sambil menunjuk perempuan botak yang sedang duduk di lantai tidak jauh dari posisi saya berdiri. Ibu itu adalah salah satu pengurus yang saya temui. Beliau sedang menyusui Karmila dari botol susu.

Rencana kegiatan yang akan kami lakukan selain memberikan sedikit bantuan berupa sembako, peralatan kebersihan, dan pakaian layak pakai, kami juga akan melakukan kegiatan bersih-bersih yayasan. Bantuan yang kami salurkan berasal dari donasi kawan-kawan dan program lelang. Sebelum memulai kegiatan, kami berkumpul lebih dulu di ruang kantor yang cukup luas, cukup untuk kami dapat duduk sedikit lebih nyaman sambil berbincang-bincang, mendengar cerita pengalaman pak Ajat selaku ketua yayasan, bagaimana suka dukanya beliau mengurus yayasan ini dan tentang cara pengobatan yang dilakukan. Pengobatan yang dilakukan untuk proses penyembuhan pasien masih secara tradisional, berupa teknik pijat dan urut, ramuan obat dari buah kelapa, serta doa-doa. Cukup berhasil dan sudah banyak pasien sembuh dengan metode pengobatan tersebut. Ada yang sudah kembali ke keluarganya lagi, namun ada pula yang justru mengabdikan dirinya sebagai pengurus yayasan.

Ingin rasanya tertawa, ketika seorang laki-laki berperawakan kurus, tinggi, masuk ke ruang kantor sambil menyalami satu persatu`di antara kami yang sedang duduk. Memperkenalkan diri dengan nama "Andre". Bagaimana tidak tertawa, setelah semua disalami, kemudian Andre duduk di samping kursi Pak Ajat, lalu mengangkat kedua telapak tangan sambil berkata "saya lemah syahwat". Awalnya Saya mengira Andre adalah salah satu pengurus yang nantinya akan membantu kami dalam teknis pembagian makanan ke pasien yang berada di ruangan, namun ternyata Andre adalah bagian dari pasien yang akan kami berikan makanan juga. "Haii..Andre..salam kenal yaa"

Cerita Andre menjadi salah satu cerita "lucu" yang saya temui. Tingkah polah pasien-pasien membuat saya tersenyum, tertawa, tapi juga hampir meneteskan air mata. Seorang ibu tua bolak-balik menyalami siapa saja yang beliau temui, bisa sampai 2 atau 3 kali. Atau seorang perempuan yang tidak tau berapa usianya, senang sekali kalau difoto. Meskipun bicaranya tidak jelas terdengar, ia asyik menceritakan entah tentang apa kepada saya. Cukup dengan mendengarkan, dan sesekali tersenyum meskipun saya tidak tau maksud dari pembicaraannya. Mendengarkan menjadi cara Saya berinteraksi dengannya dan itu membuatnya terlihat nyaman.

Meskipun mereka disebutnya orang-orang gila, tapi mereka adalah guru kehidupan untuk kita. Yang mengajarkan kita untuk selalu bersyukur dengan kondisi kenormalan yang kita miliki saat ini. Mungkin kita lebih gila dari mereka, gila dengan arti yang berbeda.

Terimakasih Saya ucapkan kepada semua pihak yang telah menyukseskan acara bakti sosial kali ini. Semoga kita selalu diberikan kesehatan dan kelapangan rezeki untuk terus dapat saling berbagi.
Salam peduli penuh cinta. ^^
 

"Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan"



Jpers Charity
22 September 2013
-opay-

No comments:

Post a Comment