Feb 12, 2015

Menjejak Kasepuhan Ciptagelar



Berawal dari ajakan Kak Lulu, kakak pertama ku yang ingin melakukan perjalanan ke Ciptagelar. Tanpa fikir panjang kali lebar yang sama dengan luas, aku langsung meng-iya-kan tanpa tau apa itu ciptagelar sebelumnya, belum tau dimana letak keberadaannya. Hahaha...ketauan banget kan "laper" jalan-jalannya. Aseli ga pake palsu, aku baru denger ada tempat bernama Ciptagelar. Aku ga banyak tanya ke si kakak sebagai orang yang mengajak karena aku yakin si kakak pun belum tau banyak dan akan menyarakan untuk bertanya ke si mbah gugel :P

Oke fix...setelah menerima ajakan yang tanpa berfikir panjang itu, baru deh aku mulai tanya ke si mbah gugel dan seorang kawan sebut saja si gondrong :D. Dari cerita-cerita yang didapat cukup membantu membuka mata ku dan membuat rasa penasaranku semakin menjadi akan memesonanya sebuah kampung adat, Kampung Gede Kasepuhan Ciptagelar yang terletak di Kawasan Gunung Halimun, Sukabumi. Medan yang cukup sulit, menurut cerita yang aku dapatkan, tidak terlalu membuatku khawatir karena kami akan pergi bersama pasukan offroader dari beberapa komunitas offroad. Tapii... sebetulnya tetap ada khawatirnya juga sih karena baru pertama kali :D

Kasepuhan Adat Ciptagelar adalah salah satu kampung adat yang masuk dalam kesatuan adat banten kidul. Kasepuhan yang telah ada sejak lebih dari 640 tahun ini dipimpin oleh seorang abah yang diangkat berdasarkan keturunan. Dan saat ini kasepuhan Ciptagelar dipimpin oleh Abah Ugi, yaitu anak dari Almarhum Abah Anom, pemimpin sebelumnya, yang meninggal dunia pada tahun 2007

briefing sebelum berangkat

Menurut itinerary semua peserta perjalanan menuju Ciptagelar berkumpul di rest area Sentul Km.33 pukul 21.00 WIB karena pemberangkatan dijadwalkan pukul 22.15 WIB. Tapi tau sendirilah yaah gimana kondisi jalanan kalau sudah menuju weekend, muacetnya pake buanged. Belum lagi acara tunggu-tungguannya. Harap maklum yaa sodara-sodara! hehe...

Menurut informasi dari Mas Suby, suaminya kak Lulu, kakak ku itu loh, ada sekitar 60 4wd yang akan bergerak menuju Ciptagelar.(Weeew...akan rame banged daah nantinyaa). Pemberangkatan dibagi menjadi dua, karena alasan tunggu-tungguan tadi tuuhh ada peserta yang belum sampai. Kami berangkat keloter kedua sekitar jam 23-an menuju Pelabuhan Ratu via Cijeruk-Cikidang-Pelabuhan Ratu. Karena malam yang semakin larut, mataku sudah tidak bisa diajak kompromi lagi untuk sekedar menemani Mas Suby yang sedang konsentrasi mengendarai cherokee yang aku tumpangi.  Kak Lulu pun sudah tertidur di bangku depan. Sedangkan para krucil, Faiz dan Nauval juga sudah terlelap selepas melewati tol Ciawi.

Sampai di Pelabuhan Ratu sekitar jam 3 pagi (klau ga salah), kami parkir di hotel Agusta. Bener-bener cuma numpang parkir untuk istirahat, ga pake chek in, karena biaya pendaftaran tidak termasuk biaya penginapan hotel :P

sarapan 


Berhubung perjalanan baru akan dilanjutkan sekitar jam 08.00 dan area parkir hotel Agusta berhadapan langsung dengan pantai selatan. maka setelah istirahat dan sholat Subuh kami menikmati sarapan di pinggir pantai. Lumayan dapet bonus mantai pagi-pagi.

Sebelum berangkat, semua member menyiapkan kembali perbekalan mulai dari mengisi ulang bahan bakar sampai membeli nasi bungkus untuk bekal makan siang karena perkiraan sampai di Ciptagelar sekitar jam 13.00

Untuk menuju Ciptagelar, dari Pelabuhan Ratu kami ke arah Cisolok. Hmm...ancer-ancernya Hotel Samudra Beach, kita akan menemukan pertigaan, lalu berbelok ke kanan mengikuti arah papan penunjuk Situs Pangguyangan. Di tengah jalur kita akan menemukan gapura selamat datang di Taman Nasional Gunung Halimun Salak sebelum menuju Desa Ciptarasa. Dimana Desa Ciptarasa adalah desa terakhir sebelum sampai ke tujuan utama. Ciptarasa pernah menjadi pusat pemerintahan atau Kampung Adat Banten Kidul sebelum berpindah ke Ciptagelar pada masa kepemimpinan Abah Anom.



Biarpun mendapat goncangan ke kiri dan ke kanan di sepanjang jalan, tapi hati ini sangat amat senang karena mata termanjakan akan suguhan keindahan pemandangan alam nan hijau permai yang terbentang sepanjang mata memandang, sungai yang mengalir di antara bebatuan. Cantik...cantik... Masya Allah...surga dunia ada di depan mata!
sambil ngantree...buka kap mesin biar ga kepanasan..

Waktu perjalanan kami tidak sesuai dengan yang direncanakan. Banyaknya kendaraan yang mengantre di jalur yang tidak mulus, berbatu terjal dan berkelok-kelok menjadikan perjalanan sangat amat begitu santai karena banyak berhenti. Namun dengan begitu kami bisa banyak mengambil gambar, bernarsis ria di tengah sawah dan hutan :P

Ciptarasa


Sesampainya di desa Ciptarasa, kami tidak langsung melanjutkan perjalanan melainkan beristirahat sebentar di salah satu rumah adat desa Ciptarasa. Sambutan yang hangat ditemani gelas-gelas kopi yang disediakan secara cuma-cuma sangat membuat kami merasa nyaman, namun perjuangan belum selesai. Masih ada 9 km lagi yang harus kami lalui. Konon jalur menuju Ciptagelar dari Ciptarasa ini dibangun hanya dalam waktu 3 hari, dimana tiap warganya mendapat jatah pembangunan 1 meter jalan dengan satu cangkul.

Sambil beristirahat dan bersiap-siap melanjutkan sisa perjalanan, kami mulai menyantap perbekalan makan siang. Sudah lapar? pastinya...banyak energi yang terkuras di sepanjang perjalanan tadi. Dan hitung-hitung sebagai persiapan menuju track selanjutnya yang lebih menantang. Ajiiippp....

bersama anak-anak @Ciptarasa

Sementara yang lain beristirahat, Aku memilih mengobrol bersama anak-anak yang sedari tadi telah menyambut kedatangan kami. Aaahh...ingatanku payah sekali, walau kami telah berkenalan dan mereka telah menyebutkan namanya dengan lantang, aku tidak bisa mengingatnya satu persatu. Maafkaaaan...

Hari semakin siang dan gerimis pun mulai turun. Kami harus segera melanjutkan perjalanan agar tidak kesorean. Portal bambu sebagai gerbang menuju Ciptagelar sudah dibuka pertanda kami boleh melanjutkan perjalanan kembali.

Amboi...jalurnya berkelok-kelok dan berbatu, tanahnya berlumpur, tanjakan dan turunannya curam.  Ditambah lagi hujan yang turun cukup deras mengharuskan kemudi lebih hati-hati agar tidak menjadi santapan jurang di sisi kanan kami. Tetap menjaga jarak aman, para offroader menggunakan keahliannya. Bismillah...

terperosok

Walaah... mayday..mayday...mobil di depan kami tidak terkendali hingga terperosok masuk ke sungai. Kami terpaksa berhenti untuk membantu mengevakuasi. Peralatan mulai disiapkan mulai dari ganjalan batu sampai pada pemasangan tow rope dan winch. Aku hanya melihat dari jarak yang cukup aman, memerhatikan keseruan team dalam misi penyelamatan. Hhmm...bisa dibilang aksi-aksi seperti inilah yang aku tunggu kalau sedang offroad. Ups...maaaaap bukan maksud hati menyumpahi loh, tapi aku yakin para offroader sudah memiliki perhitungan sendiri.

Ciptagelar
Sudah tak kupedulikan jarum jam berputar, dan berhenti di angka berapa. Dari kejauhan sudah mulai terlihat deretan bangunan-bangunan khas beratap ijuk dan lumbung-lumbung padi yang menjadi simbol kasepuhan Ciptagelar. Alhamdulillah...akhirnya kami sampai.

sambutan selamat datang

Hujan yang masih turun cukup deras, tak meluruhkan semangat para seniman yang terdiri dari ibu-ibu dan bapak-bapak berusia paruh baya untuk menampilkan tarian sambutan selamat datang kepada kami yang baru sampai. Tarian yang sederhana dengan diiringi lantunan alat musik, dan nyanyian berbahasa Sunda.

di depan imah gede

Setiap peserta sudah disediakan rumah-rumah warga yang bisa ditempati untuk bermalam. Namun sebelumnya kami semua berkumpul di imah gede. Imah yang dalam bahasa Sunda berarti rumah, dan gede yang berarti gede atau besar adalah rumah tinggal abah Ugi dan isrinya, emak Alit. Imah gede menjadi pusat setiap kegiatan yang kami lakukan, seperti makan bersama atau sekedar berbincang-bincang sambil minum kopi dan makan kacang.

Sambil menunggu hujan berhenti, rasa-rasanya kaki ini sudah tidak sabar ingin berkeliling, menikmati suasana sore kampung Ciptagelar. Beruntunglah langit seperti mengerti sekali keinginanku, setelah hujan reda mulailah aku kemana-mana. Jalan - jalan sore. Hehe.
Stasiun TV & Radio Ciptagelar


Awalnya aku befikir yang namanya kampung adat, seperti di Baduy Dalam, kehidupannya masih sangat tradisional. Namun ternyata fikiran ku tidak sepenuhnya benar. Walau Kampung Ciptagelar masih sangat mempertahankan budaya yang mereka anut, tapi kehidupan warganya sudah cukup modern. Teknologi seperti ponsel, televisi berwarna, antena parabola, radio juga sudah digunakan hampir di setiap rumah. Bahkan Ciptagelar punya stasiun TV dan radio local sendiri loh. Teknologi di sini sudah cukup maju. Pasokan listrik berasal dari pembangkit listrik micro hydro yang cukup memasok kebutuhan listrik warga ciptagelar. Walaupun masih terbatas, setidaknya kampung Ciptagelar tidak mengalami kegelapan.

hidangan makan malam

Setelah makan malam di imah gede, hujan kembali turun dengan derasnya membuat kami hanya bisa berdiam diri di dalam rumah. Dan dinginnya suhu udara di Ciptagelar membuat kami lebih nyaman berada dibalik selimut tebal yang sudah disiapkan si pemili rumah, Berasa di hotel, semuanya disiapin. Makasiih ibu ;)

SD & SMP

Bersyukur hujannya ga sampe pagi, jadi paginya aku bisa jalan-jalan keliling kampung. Ternyata di Ciptagelar sudah berdiri bangunan sekolah SD dan SMP yang sangat baik. Dilanjut sarapan di imah gede.

pertunjukan debus


Tidak menunggu sampai siang, kami sudah persiapan pulang. Sebelum pulang kami kembali disuguhkan kesenian debus. Dimana para bapak-bapak memotong-motong tangan dan leher menggunakan golok tajam. Wuuaahh...mengerikan sekali. Antara takut dan penasaran, aku menonton dari balik kerumunan. Dan tetiba aku ditarik seorang bapak untuk merasakan goresan golok tajam. Wuuahhh...aku langsung ngibrit menghindar. Tidaaakkkk.....

Masih kurang lama rasanya menikmati kearifan lokal Kampung Ciptagelar. Belum semua sudut saya jelajahi. Masih banyak hal yang masih banyak ingin saya ketahui.

Tapi kami harus segera pulang agar tidak kemalaman sampe di Jakarta. Ada tanggung jawab yang harus kami penuhi esok harinya...kerjaa..kerjaaa...

alun-alun Ciptagelar



leuit Si Jimat

foto bareng emak Alit




Jajaran leuit @Ciptagelar







Ciptagelar, 23-25 Januari 2015

-Opay-









No comments:

Post a Comment