Oct 9, 2012

Pijakanmu Tidak Lagi Satu




Sekelebat aku kembali ke masa beberapa tahun lalu, ketika kami masih menjadi bagian dalam organisasi di tingkat fakultas di salah satu universitas negeri di Jakarta. Lalu berlanjut ke tingkat yang lebih tinggi, tingkat universitas, di tahun terakhir akademiku mengambil jenjang D3 (Diploma 3). Aku mengenalmu sebagai sosok yang memiliki semangat luar biasa, apa adanya, humoris, dan sederhana. Cita-citamu yang ingin melanjutkan sekolah dari S1 (Strata 1), kemudian S2, berlanjut ke S3 dan kau menyebutnya S-three itu adalah leluconmu yang masih sangat kuingat sampai kini. S-three yang dimaksud bukan S3 dengan gelar Doktor melainkan seorang suami. S- three yang kau artikan sebagai wanita pendamping hidupmu, belahan jiwamu, yaitu seorang istri. Dan saat ini S2 mu sudah kau penuhi, berarti tinggal S satu lagi ya.




Selama kurang dari dua tahun aku bekerja sama denganmu dan teman-teman lain dari berbagai jurusan. Akselerasiku di organisasi memang agak sedikit keluar dari aturan. Aku tidak memulai dari tingkat jurusan, melainkan langsung ke tingkat fakultas lalu universitas. Tidak masalah memang, justru aku jadi lebih banyak teman. Dan kau adalah salah seorang yang menjadi penyemangatku untuk terus aktif di organisasi sampai Aku lulus kuliah. Aku yang harus lulus lebih dulu dari teman-teman seperjuanganku di organisasi tidak menjadi persoalan untuk tetap dapat menjalin tali silaturahim di antara kami.

Persahabatan di organisasi menurutku lebih seru, dan keseruan yang banyak menambah ilmu baru. Banyak hal yang bisa kujadikan pelajaran, banyak hal yang bisa menambah pengalaman selain aku harus masuk ruang kuliah dan duduk mendengarkan ceramah.

Meskipun kami tidak lagi dalam satu organisasi, tapi kami tetap menjaga tali silaturahim. Acara tiap bulan diusahakan diadakan walau hanya sekedar arisan demi menjaga persahabatan. Di tiap perkumpulan kami selalu berbagi kabar tentang keadaan sekarang mulai dari kesibukannya apa sampai ke hal-hal yang hanya bersifat cerita pengalaman setelah lulus jadi mahasiswa. Ada yang sudah menikah. Ada yang menjadi pekerja dan belum menikah seperti Saya. Ada juga yang masih menjadi mahasiswa.


Karena ke-sok-sibukanku, setahun belakangan ini aku mulai jarang ikut-ikut datang ke acara silaturahim yang diadakan. Dari sang koordinator arisan, Bang Agus mengabarkan kalau kau sakit, kakimu terkilir hingga tidak dapat berjalan normal. Kufikir hanya terkilir biasa, akupun pernah mengalaminya. Tapi dari waktu ke waktu sakitmu tak kunjung sembuh. Berbagai macam pengobatan kau usahakan. Bang Agus yang selalu meng-update informasi terbaru beberapa kali mengajak teman-teman menjengukmu termasuk aku. Sayang disayang waktu tak berpihak padaku karena aku masih memiliki tanggung jawab yang tak bisa ku tinggal, pekerjaan.

Kufikir setelah beberapa lama tak ada kabar tentangmu, kau sudah sembuh seperti sedia kala. Sampai akhirnya ku tau penyakitmu bertambah parah sebulan yang lalu. Kau dirawat di Rumah Sakit Dharmais, dan keputusan dokter yang menangani penyakitmu adalah amputasi kaki sebelah kiri.
"Astagfirullahaladzim...separah itukah?" dalam benakku. Fikiranku kacau tak bisa membayangkan apa yang harus kufikirkan.

Letak rumah sakit yang tidak jauh dari tempatku bekerja memudahkanku untuk segera menjengukmu. Masyaallah....senyumku getir melihat kondisimu, tak ingin kutunjukkan kesedihanku. Kau tampak kurus sekali, wajahmu pucat.
"di make-up aja wajahnya biar ga terlihat pucat, jadi bisa cepat pulang", candaku yang tak mungkin terjadi.

Siapapun yang mengetahui kondisimu pasti mendoakanmu, meminta yang terbaik untuk penyakitmu. Usahamu melawan penyakitmu selama setahun lebih semoga segera membuahkan hasil. Kesembuhan.

Selama perawatan kami berharap ada perubahan, namun ternyata tak ada cara lain selain harus segera diamputasi. Ujian yang tidak mudah untukmu, juga untuk kami. Keikhlasan dan kesabaranmu menjadi pelajaran bagi kami. Ketika setiap rintihan dijadikan penggugur dosa. Ketika kekuatan dijadikan penyemangat. Ketika senyum dijadikan indah bagi semua. Dan sekali lagi kita semua belajar bagaimana Allah melimpahkan kasih sayang Nya.

Sahabat... Maafkan kami yang tak mampu mengguncang langit mengharapkan kesembuhanmu dengan doa-doa kami. Selalu sang Kuasa punya rencana bagi hamba-hamba Nya. Percayalah mentari akan tetap bersinar di kala pagi menyapa. Pijakanmu tak lagi satu, karena kami akan menjadi pijakan kakimu.

"Allahuma rabbannas adz-hibil ba'sa isyfi antasy-syafi la syifa'a illa syifa'uka syifa'an la yughadiru saqaman"
Ya Allah, Tuhan Pemelihara Manusia, hilangkan penyakit, sembuhkanlah! hanya Engkau yang bisa menyembuhkan, tidak ada kesembuhan kecuali dari Mu, kesembuhan yang tidak meninggalkan satu penyakitpun (HR. Bukhari & Muslim) 

 
- Arry Hermansyah -
Semoga kondisimu lekas pulih dan kembali sehat, sahabat.
Amin ^_^









3 comments:

  1. Innalillahi wa inna ilahi rojiun....

    Selamat jalan sahabat.... kau akan selalu ada di hati kami ^^

    Keikhlasan dan kesabaranmu yang luar biasa sampai nafas terakhir, sampai Allah memanggilmu dan kau menyambut dengan senyuman terindah di wajahmu.

    Begitu banyak kenangan tentangmu, tentang ide-ide cemerlangmu, tentang solusi-solusi cerdasmu. Semoga kami dapat melanjutkan semangat akan cita-citamu.

    Jakarta, 5 November 2014

    ReplyDelete
  2. Innalillahi wa inna illaihi radjiun ...maaf kan aq ya Allah telah meremehkan dalam hal kewajiban Ku menjenguknya saat ia dalam perjuangan dahsyatnya melawan cobaanMu.smoga di surgaMu tempat yg paling tepat untukny mendapat sthree sesuai keinginannya...amieen

    ReplyDelete
    Replies
    1. amiin...kita doakan semoga Almarhum Arry mendapatkan segala keinginannya yang belum tercapai di dunia.

      {Al fatihah}

      Delete