Oct 21, 2012

Sedikit Catatan Tentang Cita-citaku setinggi Tanah




Biasanya kalau aku selesai nonton film, ya sudah tidak ada bekasnya, palingan cuma jadi bahan pembicaraan ke teman yang juga sudah nonton film yang sama. Membahas apa yang paling disenangi sampai ke yang paling tidak disukai. Atau malah kadang berlalu begitu saja. Ya..ga ada bekasnya. Nah..sekarang aku mau coba meninggalkan bekas dengan membuat sedikit catatan tentang film berjudul "Cita-citaku Setinggi Tanah". Film yang aku tonton karena mendapat tiket gratisan dari ikut acara taping Kick Andy beberapa waktu lalu. Hmm..kalaupun ga mendapat tiket gratisan, aku juga berencana tetap ingin nonton koq, karena semua hasil keuntungan dari film ini akan disumbangkan ke Yayasan Kasih Anak Kanker Indonesia  (YKAKI) sebagai wujud kepedulian terhadap para penderita kanker khususnya anak-anak.


Film yang disutradari Uegene Panji kali ini bercerita tentang perjalanan empat orang anak sekolah dasar yang  saling bersahabat, mereka adalah Sri, Jono, Puji dan Agus. Mereka mendapat tugas sekolah membuat karangan tentang cita-cita. Sri dengan nama lengkap Sri Maemunah Lestari yang sangat ingin dipanggil Mey bercita-cita ingin menjadi artis. Jono si ketua kelas ingin menjadi tentara. Puji memiliki cita-cita ingin selalu membahagiakan orang lain. Sedangkan Agus, si tokoh utama, yang diperankan oleh M Syihab Imam Mutaqqin bocah asli Muntilan, Yogyakarta, ingin sekali makan di restoran padang. Cita-cita Agus dianggap remeh oleh ketiga sahabatnya. Cita-cita yang tidak biasa pada umumnya.

Cita-cita Agus bukan tanpa alasan. Dikarenakan Agus berasal dari keluarga sederhana, dimana ayahnya hanya seorang pekerja di sebuah pabrik tahu maka setiap pagi, siang, bahkan malam, menu makanan yang dapat disajikan si ibu hanya tahu bacam. Bosan bukan main Agus dengan menu yang satu itu, makanya Ia berfikir untuk bisa makan mewah di sebuah restoran dimana ia akan dilakukan bagai seorang raja, dengan segala menu terhidangkan dalam satu meja. 

Namun dari cita-cita remeh itu lah justru membangkitkan usaha Agus untuk dapat mewujudkannya. Tidak mudah untuk mewujudkan sebuah cita-cita. Agus makin bersemangat setelah mendapat wejangan dari Mbah Tapak, "cita-cita itu bukan cuma untuk ditulis saja, tapi untuk diwujudkan"

Memang cita-cita Agus terdengar biasa saja, tidak ada yang istimewa dibanding cita-cita ketiga sahabatnya, namun cara Agus mewujudkan cita-citanyalah yang menjadi luar biasa. Agus pantang menyerah demi mewujudkan cita-cita. Segala usaha ia lakukan. Halangan dan rintangan ia lalui. Hingga akhirnya Agus dapat mewujudkannya.
 "Nasib seseorang, orang itu sendiri yang menentukannya. Cobaan pasti ada, tapi rezeki juga akan selalu mengikuti, yang penting usahanya"

Cita-citaku setinggi tanah. Bukan seberapa banyak atau seberapa tinggi cita-cita yang harus dimiliki seseorang, tapi yang lebih penting adalah bagaimana orang itu berusaha untuk mewujudkannya. Selamat mewujudkan cita-cita :)



No comments:

Post a Comment