Mar 8, 2013

Hari Kamis yang (Tak) Manis


gegayaan geje-gejean
Ini ceritaku tentang hari Kamis kemarin. Cerita tentang ketidakmanisan yang kurasakan. Bahkan pemanis yang digunakan rasa-rasanya pun masih kurang menjadikan kamis menjadi hari yang cukup manis. Percobaan sistem baru di tempatku bekerja yang dibarengi dengan bermasalahnya server utama menjadikan awal ketidakmanisan. Walhasil sistem diberlakukan secara manual, itupun tidak berjalan lancar. Agak sedikit kacau balau.


Belum selesai dengan masalah server, tetiba listrik padam tanpa ada pemberitahuan sebelumnya. Satu gedung dibuat gelap gulita. Tak ada genset yang bisa dijadikan cadangan energi agar lampu tetap menyala.
Di gedung ini tak ada ventilasi. Udara berkutat di dalam sini. Dengan kondisi listrik mati, AC pun mati. Tak ada udara yang bertukar. Panaass luar biasa. Kipas-kipas pakai kertas atau apa saja yang bisa menggerakkan udara. Dan itu menjadi ketidakmanisan yang kedua.
Pak Yadi, office boy, membawa setumpuk surat menghampiri tiap-tiap meja sesuai dengan nama yang tercantum di dalamnya. Penasaran surat tentang apa? Hingga akhirnya sampai pada meja kerjaku, dan langsung kubuka. Dan isi suratnya adalah ketidakmanisan selanjutnya, ketidakmanisan yang ketiga.  Bagian finance melakukan kesalahan perhitungan gaji bulan ini, sehingga akan melakukan pemotongan gaji bulan depan sesuai nominal yang sudah disebutkan. Berharap bulan depan bertambah eh malah sebaliknya. Menyedihkan. Dan ini menjadi ketidakmanisan yang teramat tidak manis.
foto bareng "korban" wrapping
Berhubung tidak ada pekerjaan yang bisa dilakukan, kami mencoba menghibur diri, menikmati ketidakmanisan yang kami rasakan. Plastik wrapping berhasil membungkus  kedua rekan kerja kami, Mayang dan Fadil. Kegiatan yang sulit dilakukan apabila sedang online. Sedikit terhiburkan, ber-haha hihi bersama. Namun tetap saja kalau mengingat surat pemotongan gaji tadi, aarrrgghhh... bikin kamis tidak manis sajah!!!

asyiknya rame-rame....rujakan...
Butuh yang segar-segar dan sebungkus rujak dihabiskan dalam sekejab. Lumayan menyegarkan tapi tetap saja kami kepanasan. Hahaha..sudah panas makan pedas..wuaahhhhahahhaa....kami hanya dapat tertawa saja.
Dua setengah jam sudah, tapi tidak ada tanda-tanda lampu menyala. Kami semakin gerah. Keringat tak tertahankan mengucur dari pori-pori kulit.  Ruangan kerja sudah terasa sangat amat tidak nyaman. Keluar kantor ga mungkin, tak ada tempat yang asyik. Akhirnya kami berinisiatif cari udara segar di lantai teratas kantor kami, di lantai empat. Hanya ada ruangan training yang sudah beralih fungsi menjadi gudang penyimpanan dan lapangan terbuka tempat billboard perusahaan terpampang tinggi menjulang.

Angin sembriwing..wing..wing... lumayan mengeringkan kulit-kulit kami yang lembab karena keringat. Melihat kemacetan Jakarta dari atas gedung seru juga, apalagi kesempatan ini jarang sekali terjadi. Tak ada yang berani ke lantai empat apalagi sendiri. Jadi berhubung kami beramai-ramai ke sini, tak lupa kami bernarsis ria bersama. Foto-foto berbagai gaya.


Hayaahh...lampu belum juga menyala. Seperti kondisi batere yang sudah dalam posisi lowbatt, kami mulai "kedip-kedip". Sayang kami tak bisa pulang seenaknya saja, minimal jam setengah enam. Jadi inilah ketidakmanisan yang terasa lama, menunggu waktu pulang.

Kira-kira satu setengah jam lagi mau pulang, ruangan berubah menjadi terang. Lampu menyala. Yaahhhh..kenapa menyala, harusnya nanti saja, kan kalau begini berarti kami harus kembali bekerja. Di saat kondisi tubuh yang sudah lemas, kami kembali menikmati ketidakmanisan sisanya. Bekerja sekenanya saja lagi pula sistem masih bermasalah. Dan jam setengah enam kami buru-buru pulang. 




No comments:

Post a Comment