
Sabtu malam minggu waktunya JPers berkumpul, seru-seruan di Plaza Festival, Kuningan, Jakarta Selatan. Tadinya aku agak sedikit malas untuk datang karena hujan yang berkepanjangan dari sore sepulang lembur sabtu. Tapi akhirnya makin malam hujan reda juga, jadi aku segera bersiap untuk datang. Biarpun datang sudah agak malam, tapi aku tidak takut kesepian karena sudah pada pulang, karena biasanya makin malam malah makin banyak yang datang. Terbukti saat aku tiba, justru kegiatan panjat belum lama dimulai, dan teman-teman yang lainpun baru mulai berdatangan lagi.
Panjat dinding menjadi kegiatan tambahan kalau JPers sedang kumpul. Tergantung alatnya ada atau tidak. Sudah dua minggu berturut-turut Tyo, host Jejak Petualang Survival, berbaik hati meminjamkan alatnya untuk kami gunakan. Jadi kami tidak sekedar ber-haha hihi tapi ada kegiatan positif yang kami lakukan. Kali ini bukan hanya panjat diding, tapi latihan rapling.
Rapling adalah teknik naik/turun dari ketingginan suatu tebing atau bangunan. Alat-alat yang digunakan untuk rapling yaitu:
- Carmantel, adalah sebuah tali yang lentur dan cukup kuat untuk membawa barang atau benda.
- Carabiner, adalah sebuah cincin yang berbentuk oval atau huruf D, dan mempunyai gate yang berfungsi seperti peniti untuk mengunci.
- Hernes, adalah alat pengaman yang dapat menahan atau mengikat badan.
- Figure, adalah sebuah cincin yang berbentuk angka delapan.
- Ascender, adalah sebuah alat mekanis yang digunakan untuk naik pada tali.
- Webbing, adalah pita yang terbuat dari bahan nilon yang mempunyai fungsi yang hampir sama dengan tali
Cukup tertarik saat melihat Riri yang sedang belajar repling. Tyo menjelaskan teknik-teknik yang harus dilakukan saat naik dan turun sambil dipraktekkan.. Terlihat cukup mudah namun tidak pada saat mencobanya, apalagi bagi pemula seperti saya. Bermodal rasa penasaran, aku ingin mencoba. Aku meminta bantuan April untuk memandu. Tidak semudah seperti teori yang dijelaskan. Keseimbangan dan kekuatan lengan sangat diperlukan. Bobot badan semua ditopang oleh tali temali yang terikat di badan, jadi gunakan teknik yang benar agar tidak ingin terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Terjatuh.
Semeter kurasa tak sampai, tapi kaki dan lengan tangan sudah lemas terkulai. Aku tergantung. Hanya aku yang mampu membantu diriku sendiri. Aku "dipaksa" untuk melakukan apa yang diarahkan agar selamat sampai tujuan. Dan selesai. Aku kembali ke lantai dasar dengan tangan dan kaki gemetaran. Padahal teknik yang kulakukan masih sangat dasar. Tapi setidaknya sudah sedikit menghilangkan rasa penasaran yang sedari tadi hanya memerhatikan yang sedang belajar. Mungkin lain kali, aku ingin mencobanya kembali. Semoga ada kesempatan.
.
No comments:
Post a Comment