Aku belum pernah lho membuat review tentang buku yang pernah aku baca. Paling hanya mengutip isinya, satu, dua kalimat yang menarik untuk dijadikan catatan kecil saja. Belum pernah bukan berarti tidak mau akan mencoba, bukan? Inilah saatnya, kebetulan aku menjadi salah satu tokoh yang terlibat di dalam beberapa cerita yang dipaparkan, jadi menambah semangat untuk mencoba menuliskan review bukunya (narsisnya mulai ketauan :D)
Sebelum aku benar-benar me-review buku #Turupasar, Berdiskusi Dengan Alam, ada yang ingin aku ceritakan sedikit tentang bagaimana aku mendapatkan buku ini. Karena buku ini diterbitkan secara mandiri melalui nulisbuku.com maka penjualan dilakukan langsung oleh penulisnya sendiri yang merangkap sebagai bagian pemasaran. Selain itu penjualan juga dilakukan secara online dengan mengunjungi langsung dan memesan di www.nulisbuku.com. Berhubung dalam rangka promosi, maka penulis melakukan promo besar-besaran yaitu menawarkan kepada siapa-siapa saja agar membeli hasil karya perdananya.
#Turupasar dikategorikan menjadi tiga berdasarkan letak wilayah tempat yang dikunjungi yaitu #bumitimur, #bumitengah, dan #bumibarat. Dimana di #bumitimur banyak bercerita tentang TNBTS (Taman Nasional Bromo Tengger Semeru), mulai dari puncak pertamanya ke mahameru, kearifan lokal masyarakat Tengger, hingga kecintaannya terhadap Ranu Pani.
pict. FB #Turupasar Berdiskusi Dengan Alam
Sebelum aku benar-benar me-review buku #Turupasar, Berdiskusi Dengan Alam, ada yang ingin aku ceritakan sedikit tentang bagaimana aku mendapatkan buku ini. Karena buku ini diterbitkan secara mandiri melalui nulisbuku.com maka penjualan dilakukan langsung oleh penulisnya sendiri yang merangkap sebagai bagian pemasaran. Selain itu penjualan juga dilakukan secara online dengan mengunjungi langsung dan memesan di www.nulisbuku.com. Berhubung dalam rangka promosi, maka penulis melakukan promo besar-besaran yaitu menawarkan kepada siapa-siapa saja agar membeli hasil karya perdananya.
"Teman yang baik mendukung dan menghargai karya dengan membeli, bukan meminjam, apalagi minta gratisan." nulisbuku.com
Karena Opay anak baik maka bukan meminjam apalagi meminta gratisan, melainkan membeli langsung kepada penulisnya. Tapi membelinya tidak menggunakan uang sebagai alat pembayaran, melainkan dengan cara barter yaitu menukar barang dengan barang. Hmm..salah satu sistem perdagangan yang sudah dikenal dari jaman dahulu
kala tapi masih juga digunakan sampai sekarang, dan kami salah satu pelakunya. Aku menukar buku #Turupasar dengan sebuah earphone baru yang harganya berbeda beberapa ribu rupiah lebih murah dari harga asli bukunya Rp. 65.000,-. Lumayanlah, yang penting di antara kami tidak ada yang merasa dirugikan, maka transaksi jual beli buku menjadi halal toyiban. Amin.
Sudahnya ya aku cukupkan saja ceritanya, sekarang waktunya mebuat review, selamat menyimak....
#Turupasar Berdiskusi Dengan Alam merupakan kumpulan dari catatan-catatan perjalanan Hans Handoko yang lebih aku kenal dengan panggilan Kohan sebagai penulis. Terdiri dari 28 catatan yang dipilihkan Kohan, yang berarti Ia telah melakukan 28 kali perjalanan dengan ceritanya sendiri-sendiri yang dikemas secara apik dengan gaya bahasa yang mudah dimengerti. Sebelum dibukukan semua catatan perjalanan sudah sempat di-posting lho di blognya www.trihans.com karena Kohan adalah blogger yang cukup aktif di dunia per-blog-an. (mulai aneh bahasanya)
#Turupasar dikategorikan menjadi tiga berdasarkan letak wilayah tempat yang dikunjungi yaitu #bumitimur, #bumitengah, dan #bumibarat. Dimana di #bumitimur banyak bercerita tentang TNBTS (Taman Nasional Bromo Tengger Semeru), mulai dari puncak pertamanya ke mahameru, kearifan lokal masyarakat Tengger, hingga kecintaannya terhadap Ranu Pani.
"Aku ingin ke sana lagi. Padahal tahun ini sudah ke sana tiga kali. Mengunjungi desa tertinggi di dataran Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS), dengan ketinggian 2300 mpdl. Sangat damai, sejuk, dingin, dan tentunya seperti ada magnet kuat yang kutub-kutubnya selalu menarikku untuk ke sana lagi" (hlm.38-39)
Kemudian ke #bumitengah, dimana wilayah terdekat dengah tanah kelahiranya di salah satu daerah di Jawa Tengah, Kebumen. Dan seperti alasan yang aku jelaskan sebelumnya mengenai pembuatan review ini, karena aku menjadi salah satu tokoh yang ikut diceritakan di dalamnya maka dengan begitu kategori inilah yang pertama mulai aku baca sebelum membaca dan menyelesaikan catatan-catatan perjalanan yang lainnya (narsis makin akut), terutama tentang catatan perjalanan pendakian ke gunung Slamet, tentang kebersamaan yang dibangun menjadikan perjalanan melelahkan menjadi mengasyikkan dan berkesan. "Slamet, Wangimu Menyelaraskan Tenda-Tenda Kami" (hlm.155-182).
Catatan-catatan yang beragam membuat buku ini makin kaya. Dari
puncak-puncak tertinggi di pulau Jawa sampai ke dalam perut bumi Ia
susuri. Caving Goa Kali di Pegunungan Selatan Gombong, mengingatkan aku
pada film "sanctum". Penyusuran Goa Kali ini cukup menegangkan dan membuat
penasaran. Tapi sayang penyurusan tidak berujung, menembus ke mulut goa
yang berbeda, peralatan yang tidak mendukung mengharuskan tim balik
kucing untuk kembali.
Berlanjut ke #bumibarat, mulai dari kemping ceria bersama sahabat JPers, penjelajahan di daerah Ibukota sebagai imigran yang sibuk, menikmati sensasi dinginnya kota Bandung, panasnya Cirebon dengan segala keunikan yang ditemui sampai dengan mengarungi lautan menuju pulau tak berpenghuni di pulau Perak, Kepulauan Seribu.
Dan perjalanan-perjalanan lainnya, aku seperti diajak melakukan perjalanan ke masa lalu. Mengunjungi beberapa museum dengan peninggalan-peninggalan dan kutipan cerita sejarah yang menambah wawasan dan pengalaman cerita yang makin seru saja. Serta sederetan cerita lainnya yang menggugah rasa simpati saat Kohan melakukan penjalanan dengan berjalan kaki menuju ke daerah luapan lumpur Lapindo, Porong, Sidoarjo, sebagai bentuk keprihatinan terhadap musibah yang diderita saudara-saudara kita.
Catatan perjalanan yang cukup lengkap tersaji dengan sederhana namun mengandung nilai yang luar biasa. Petualangan, persahabatan, dan juga cinta menjadikan buku #turupasar masuk ke dalam daftar buku travelling yang harus dimiliki. Demikian sedikit ulasan tentang #Turupasar, Berdiskusi Dengan Alam.
Berlanjut ke #bumibarat, mulai dari kemping ceria bersama sahabat JPers, penjelajahan di daerah Ibukota sebagai imigran yang sibuk, menikmati sensasi dinginnya kota Bandung, panasnya Cirebon dengan segala keunikan yang ditemui sampai dengan mengarungi lautan menuju pulau tak berpenghuni di pulau Perak, Kepulauan Seribu.
Dan perjalanan-perjalanan lainnya, aku seperti diajak melakukan perjalanan ke masa lalu. Mengunjungi beberapa museum dengan peninggalan-peninggalan dan kutipan cerita sejarah yang menambah wawasan dan pengalaman cerita yang makin seru saja. Serta sederetan cerita lainnya yang menggugah rasa simpati saat Kohan melakukan penjalanan dengan berjalan kaki menuju ke daerah luapan lumpur Lapindo, Porong, Sidoarjo, sebagai bentuk keprihatinan terhadap musibah yang diderita saudara-saudara kita.
Catatan perjalanan yang cukup lengkap tersaji dengan sederhana namun mengandung nilai yang luar biasa. Petualangan, persahabatan, dan juga cinta menjadikan buku #turupasar masuk ke dalam daftar buku travelling yang harus dimiliki. Demikian sedikit ulasan tentang #Turupasar, Berdiskusi Dengan Alam.
-Sekian-
"Opay Anak Baik"
bukunya belum kebagian, jadi papan permainan pun jadi, yang penting bisa foto bareng dengan penulisnya :P |
Siapa yang belum punya? Aku, Riri dan Qim aja sampai berebutan :P |
pict. FB #Turupasar Berdiskusi Dengan Alam
Asiik ada reviewnya, tahun ini opay harus ngeluarin buku juga...
ReplyDeleteamin..buku catatan dari KUA,, hehe :D
ReplyDelete